Terus menjadi sempitnya dan semakin berkurangnya lahan Taman Pemakaman Umum (TPU) dan minimnya kenyamanan serta sarana, menjadi motivasi pengembang swasta buat memasuki bisnis halaman pemakaman. Yang ditawarkan merupakan pemakaman yang aman serta mempesona, menunjang kekhusyukan prosesi pemakaman.
Tidak cuma itu, layanan pra pemakaman di TPU biasanya juga kurang baik semacam terdapatnya pungli, pula mendesak pengembang properti berskala besar buat mengawali bisnis pemakaman handal serta modern.
Sebut saja pemakaman spesial Islam, Al- Azhar Memorial Garden yang dibesarkan Yayasan Pesantren Islam Al- Azhar pada 2010. Sehabis sukses mendirikan serta mengelola puluhan sekolah, kampus, lembaga amil zakat (LAZ) serta beberapa bidang yang lain, saat ini Al Azhar berupaya bersaing dengan pemakaman San Diego Hills yang dibesarkan oleh PT Lippo Karawaci, yang lebih dahulu menyediakan makam elegan berfasilitas luar biasa lengkap, pada 2007.
Kedua pemakaman ini lokasinya cukup dekat hanya 60 menit dari Jakarta serta Bandung, tepatnya di daerah Karawang, Jawa Barat. Kelebihannya, Al-Azhar Memorial Garden ialah pemakaman spesial muslim berbasis syariah, sedangkan San Diego Hills Memorial Parks disajikan lebih universal, untuk seluruh Agama. Yang tentu keduanya dilengkapi dengan sarana semacam tempat ibadah, lounge, halaman, serta lain sebagainya, yang tidak akan kita temui di TPU biasa.
Pemakaman swasta ini jadi anomali, lantaran sarana serta pelayanan yang diberikan ramai diminati, walaupun ditawarkan dengan harga yang jauh lebih mahal.
Umumnya pengguna layanan pemakaman swasta ini merupakan golongan atas, yang rela membayar mahal demi menjamin kepuasan atas dengan mutu halaman makam yang penuh keelokan serta ketenangan. Sangat kontras dengan keadaan TPU yang dikelola pemerintah, yang sering menghasilkan kesan angker. Belum lagi timbulnya pengemis dadakan serta orang dagang asongan dikala masa ziarah, yang untuk sebagian orang lumayan mengusik.
Luas lahan juga jadi perbandingan. Di pemakaman elegan yang dikelola swasta, lahan yang ada lumayan luas serta pekuburan tertata apik tidak silih berdesakan. Di Al-Azhar, tanah seluas 25 hektar bisa menampung buat 30. 000 kavling makam. Sedangkan San Diego Hills dapat menggapai 4 juta petak makam di atas lahan 357 hektar.
Bagi Direktur San Diego Hills Memorial Parks, Suziany Japardy, saat ini nyaris 8.000 jenazah yang telah dimakamkan di halaman pemakamannya. “Sedangkan (kavling) yang telah terjual nyaris 80 hektar, yang telah dibesarkan,” tuturnya.
Tidak hanya itu, yang membuat pemakaman swasta ini diminati merupakan status kepemilikannya. Sebab polanya merupakan penjualan kavling, hingga status makam juga kepunyaan keluarga pakar waris. Walaupun kepunyaan sendiri, perawatan senantiasa jadi tanggung jawab pengelola dengan umur sejauh masa, free, tanpa terdapat bayaran bulanan ataupun tahunan lagi.
Soal harga, di Al- Azhar, yang sangat murah merupakan jenis single (satuan) yang luasnya 4, 5 m (1, 5 meter x 3 meter), dibandrol Rp22 juta. Sedangkan di San Diego Hills, single- nya (1, 2 meter x 2, 6 meter) lebih mahal dari Al-Azhar, dengan harga Rp35 juta.
” Tetapi kami (San Diego Hills) terapkan progresive discount. Beli satu unit memanglah mahal, Rp35 juta. Beli 2 lebih murah, Rp42 juta, serta seterusnya terus menjadi murah. Terlebih beli 10, bisa jatuh di angka Rp19-20 juta per-unit,” ucapnya.
Apalagi, sambung Suziany, nyatanya lebih banyak konsumennya yang membeli borongan. “Salah satunya yang membeli kavling besar dengan total 100 (petak). Ya, nyatanya bukan hanya buat persiapan makam keluarga, tetapi ada pula yang memindahkan makam keluarganya yang tersebar di beberapa TPU. Bisa jadi supaya jadi satu tempat, serta keluarga gampang menziarahi,” kata Suziany.
Perintis Pemakaman Swasta
San Diego Hills, bagaikan perintis dalam pengembangan makam swasta, nyatanya telah direncanakan semenjak 1996. Buat memperoleh izin mendirikan halaman pemakaman ini diakui sangat susah. Maklum, kala itu bisnis pemakaman masih terdengar asing.
“Memanglah tidak mudah, (mengurus) perizinan saja sampai 10 tahun. Tahun 2006 kami baru memperoleh izin serta mulai berbenah, sampai 2007 launching, formal beroperasi,” kata Suziany.
Apalagi, sambungnya, buat menjualnya saja penuh tantangan. Dia mengaku, di masa-masa dini beroperasi dia sempat disiram air, sebab menjual makam pada masa itu dirasa lumayan aneh. Alasannya, konsep penjualan yang dikedepankan oleh San Diego Hills merupakan konsep Pre Need ataupun mempersiapkan saat sebelum wafat.
Maksudnya, konsumen membeli lahan makam untuk dirinya ataupun keluarganya supaya dalam kondisi kedukaan nanti, keluarga tidak lagi repot mencari lahan pemakaman.
“Walaupun pemakaman langsung tanpa Pre Need bisa juga didapatkan, namun kami lebih sarankan klien buat Pre Need. Tidak hanya biayanya lebih murah, ini supaya keluarga lebih tenang. Tinggal telepon serta kebutuhan fasilitasnya apa. Ya, kita coba meng-encourage orang buat belajar mempersiapkan,” ucap Suziany.
Tetapi baginya, Tim Lippo dikala itu sangat percaya kalau bisnis ini akan dapat diterima warga. Benar saja, bersamaan berjalannya waktu, pemakaman yang mengadopsi konsep halaman makam Forest Lawn Memorial Parks, California, Amerika Serikat terus menjadi itu diminati, apalagi jadi inspirasi pengelolaan makam.
Bisnis ini, kata Suziany, siapa saja dapat membuatnya. Namun yang jadi tantangan merupakan layanannya.”Bisnis ini sangat service oriented, ini tantangannya. Tidak hanya pelayanan perawatan sepanjang masa, kita juga dituntut buat melayani klien dengan baik dikala seluruh keluarga dalam kondisi tidak normal (kedukaan), sebab orang terdekatnya wafat. Siap melayani komplain klien yang kondisinya wajib dimaklumkan,” katanya.
Makam Elegan yang Menginspirasi komplek pemakaman San Diego Hills
Walaupun pemakaman swasta yang dikelola pengembang besar terbilang modern, elegan dengan harga yang wah tidak bisa dibeli oleh seluruh golongan. Tetapi style pengelolaan, pembuatan kenyamanan sampai layanannya dapat menjadi inspirasi pemerintah dalam mengelola TPU.
Apalagi, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pernah menyesali kinerja sebagian dinas yang tidak becus menjaga lahan milik Pemprov DKI, di antara lain Dinas Pertamanan serta Pemakaman. Ahok-sapaan Basuki, pernah mengecam rencana swastanisasi beberapa aset DKI, dengan harapan bisa melayani warga dengan handal.
Yang jadi persoalan, apakah buat memperoleh pengelolaan serta layanan yang baik TPU wajib diserahkan pada swasta? Nyatanya bukan itu langkah yang diambil Ahok. Tetapi, Ahok berupaya “mencuci gudang” pejabat- pejabat korup yang terdapat di Dinas Pertamanan serta Pemakaman, salah satunya dengan mencopot Kepala Dinasnya, Ratna Diah Kurniati.
Pasti harapannya yaitu bisa melenyapkan pungli ataupun penjualan makam “di bawah tangan”, pengadaan lahan tanpa permasalahan, membetulkan pengelolaan serta menyempurnakan pelayanan pemakaman.
Walaupun begitu, boleh jadi sesuatu hari TPU yang jadi peninggalan pemerintah diserahkan pada swasta dalam pengelolaannya, apabila nyatanya aksi mencuci gudang tidak menuntaskan perkara negatif layanan pemakaman warga.
Apapun keputusan pemerintah, warga tetap berhak memperoleh layanan yang baik
Pemakaman yang aman dikala mengantar orang-orang tercinta ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Jangan sampai lagi terdapat bahasa “saya takut mati, sebab tidak dapat dikubur, karena tidak kebagian lahan pemakaman.”
Apalagi apabila tanpa merogoh kocek sangat dalam, warga bisa merasakan juga apa yang dialami golongan berduit dikala memakamkan keluarganya di Al-Azhar ataupun San Diego Hills.