Masih ingat dengan kasus pengaturan skor pada ajang Liga Indonesia yang sempat ramai setahun lalu? Kita para pecinta sepak bola tanah air tentu selalu mengikuti perkembangan kasus mafia bola pada ajang Liga Indonesia. Sebut saja mulai dari ajang Liga 1 hingga turnamen besar tingkat Asia Tenggara, AFF. Sungguh miris rasanya ketika mendengar kabar bahwa telah terbukti adanya pengaturan skor atau match fixing. Nah, sebelum kita bahas soal kasus judi match fixing pada Liga Indonesia ini, yuk kita mengingat kembali detail awal mula terungkapnya kasus ini.
Kasus Judi Match Fixing Sepak Bola di Liga Indonesia Terungkap di Mata Najwa
Sungguh miris rasanya ketika mendengar kabar bahwa telah terbukti adanya pengaturan skor atau match fixing. Dalam acara Mata Najwa, jelas terungkap bahwa memang benar ada praktik curang melalui mekanisme pengaturan skor.
Sang tuan rumah, Najwa Shihab mengundang beberapa narasumber yang memberikan bukti dan kesaksian akan kasus ini. Bahkan acara ini tayang hingga berjilid-jilid.
Dalam Mata Najwa terungkap bahwa adanya mafia sepak bola yang turut andil dalam pengaturan skor selama ajang Liga Indonesia berlangsung. Rupanya praktik pengaturan skor ini telah berlangsung sejak lama. Praktik ini tentunya ada untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu, khususnya pihak yang ikut andil dalam praktik judi sepak bola online di Indonesia.
Kasus judi match fixing ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum bagi kita para pecinta sepak bola tanah air. Hanya saja kita tidak bisa berbuat banyak karena para mafia sepak bola memiliki banyak backing yang rupanya ada dalam tubuh PSSI serta pihak manajemen klub.
Siapa yang tak geram dengan pembiaran eksistensi judi sepak bola dan match fixing yang rupanya melibatkan PSSI dan manajemen klub. Terkuaknya kasus ini adalah bukti nyata bahwa ranah sepak bola tanah air begitu bobrok, mulai dari akar hingga ke lembaga otoritas tertinggi yang menaungi dunia sepak bola Indonesia.
Pembentukan Satgas Antimafia Bola
Pemerintah pusat melalui kepolisian kemudian membentuk satgas khusus, yaitu Satgas Antimafia Bola yang bertugas mengusut tuntas kasus mafia yang memalukan jagat sepak bola Indonesia. Kinerja satgas khusus ini membuahkan hasil. Tak lama setelah kasus ini mencuat, satgas sudah memanggil beberapa nama untuk dimintai keterangan.
Dua nama yang bahkan kini sudah berada dalam tahap penyidikan adalah Priyanto atau akrab dengan sapaan Mbah Pri dan putrinya yang bernama Anik Yuni Kartika. Rupanya Mbah Pri adalah mantan anggota Komite Wasit milik PSSI. Ia dulunya bertugas dalam lingkungan Asprov PSSI untuk wilayah Jateng. Tak heran jika ia memiliki kuasa untuk mengatur skor pada Liga 3 tahun 2018 lalu.
Dengan jabatan sebagai anggota Komite Wasit, Mbah Pri bisa sangat mudah untuk menugaskan seorang wasit dalam sebuah ajang Liga 3 untuk kawasan Jateng. Tentu wasit yang bertugas sudah mendapat instruksi tertentu sebelum bertugas. Mbah Pri juga memiliki peranan penting lain terutama semua instruksi dari Ketua Asprov PSSI wilayah Jateng, Johar Lin Eng.
Mekanisme Kasus Match Fixing di Liga Indonesia
Begini mekanisme match fixing pada kasus judi kasus judi match fixing. Klub lokal yang ingin menang Liga 3, melalui manajer klub, menyampaikan keinginannya kepada Johar. Johar yang tak lain adalah anggota Exco PSSI kemudian meminta Mbah Pri untuk menugaskan wasit yang bisa ‘diajak’ kerjasama.
Selain Mbah Pri plus anaknya, dan Johar, ada satu nama lagi yang masuk dalam pusaran kasus judi kasus judi match fixing . Dwi Irianto atau Mbah Putih juga sedang dalam tahap penyidikan. Ia terbukti telah menerima sejumlah uang dari kasus match fixing ini.
Ada juga nama Vigit Waluyo yang rupanya telah menyerahkan diri terkait dengan kasus pengaturan skor ini. Sebelumnya Vigit terlibat dalam kasus korupsi. Kini Satgas Antimafia meminta keterangan darinya terkait kasus mafia yang nantinya juga menyeret sejumlah nama elit PSSI.
Salah satu nama yang sangat terkenal dan saat itu menduduki jabatan elit tertinggi PSSI adalah Joko Driyono alias Jokdri. Ia akhirnya juga mendapat ‘pengamanan’ karena kasus lain, yaitu penghilangan barang bukti terkait kasus mafia bola ini. Sedang keterlibatanya dalam kasus judi sepak bola online masih dalam penyelidikan oleh Satgas Antimafia Bola.
Kini di bawah ketua umum yang baru, yaitu M. Iriawan, PSSI diharapkan untuk menjadi wadah sepak bola yang bersih dari berbagai praktik money politics. Terkait dengan dua mantan Exco PSSI yang telah terbukti terlibat kasus judi sepak bola online (match fixing), yaitu Johar Lin Eng dan Hidayat, PSSI telah menyatakan menonaktifkan mereka.
Hidayat telah terbukti sering meminta sejumlah klub untuk mengalah kepada klub yang telah membayarnya dengan ‘uang panas’. Sebut saja Madura FC yang pernah sekali menjadi korbannya. Madura FC diminta untuk kalah dari PSS Sleman dengan iming-iming uang 100 juta rupiah.
Baca juga: Kisah Kelam Tentang Judi, Yuk Ambil Hikmah dari Kisah-Kisah Ini