Kira-kira bagaimana nasib judi bola online indonesia dan mafia bola yang dulu marak setelah ada pergantian ketum baru PSSI? Kalian, para pecinta sepak bola tanah air, tentu penasaran akan eksistensi dua ‘benalu’ dalam dunia sepak bola Indonesia, bukan? Tentu kalian juga senang sekaligus lega setelah mengetahui beberapa waktu lalu kasus mafia bola dan match fixing telah tuntas.
Nasib Judi Bola Online Indonesia Pasca Terungkapnya Kasus Mafia Bola
Sekedar mengingatkan bahwa setahun yang lalu ada kasus besar terkait dengan adanya praktik pengaturan skor oleh mafia bola. Berbeda dengan nasib judi bola online Indonesia & mafia bola saat ini, setahun yang lalu keduanya masih marak. Pasca terugkap, bagaimana nasibnya kini?
Nasib baiknya telah hilang setelah ada laporan dari pihak manajer klub Banjarnegara yang merasa dikhianati oleh beberapa pihak yang mengiming-iminginya kemenangan di Liga 1. Rupanya nama-nama ini tergabung dalam sebuah mafia bola yang telah beroperasi sejak lama. Dari laporan ini dan melalui tayangan Mata Najwa, terungkap bahwa ada sejumlah nama, bahkan beberapa di antaranya adalah 2 Exco PSSI, yang turut terlibat dalam kasus match fixing ini.
Jokdri Ikut Terseret dalam Kasus Judi Bola Online
Lebih mengejutkan lagi, ada nama Joko Driyono yang tak lain adalah Ketum PSSI saat itu, yang kabarnya juga terbukti ikut terlibat dalam pusaran kasus ini. Jokdri kini resmi menjadi tersangka kasus penghilangan sejumlah barang bukti yang ada kaitanya dengan kasus mafia bola.
Belum lama ini juga Jokdri menjadi tersangka kasus match fixing dan kini tengah menjalani tahanan selama 1 tahun 6 bulan. Sementara itu, Hidayat, salah satu Exco PSSI yang ikut terlibat kasus yang sama, Februari tahun lalu menjadi tersangka kasus suap dengan denda sebesar 150 juta rupiah.
Belum lama ini, pergantian pengurusan PSSI telah berlangsung, dan dari event ini semua peserta yang hadir menetapkan bahwa M. Iriawan adalah Ketum PSSI yang baru. Pembentukan kepengurusan PSSI yang baru berlangsung di Hotel Shangri-La Jakarta, tepatnya di Ball Room hotel tersebut. Acara tersebut melibatkan lebih dari 300 peserta kongres yang nantinya wajib bertugas untuk memilih ketum PSSI baru via voting.
Dugaan Adanya Money Politics pada KLB PSSI 2019
Rupanya acara Kongres Luar Biasa ini masih sarat akan money politics. Bagaimana tidak. Saat acara kongres belum mulai, tepatnya jauh beberapa jam dari waktu pelaksanaan kongres, seorang jurnalis Kumparan tak sengaja menyaksikan langsung ‘transaksi’ yang mencurigakan dari dua orang dalam lift.
Jurnalis ini sempat melihat ada salah satu orang dari dua orang tersebut yang memberikan amplop putih kepada lawan bicaranya. Kebetulan jurnalis Kumparan tersebut berada dalam lift yang sama dengan kedua orang tersebut. Saat tiba di lobi hotel, sudah banyak orang yang duduk berjejer di sofa dan mereka terlihat mengobrol seputar sepak bola Indonesia.
Si jurnalis yang saat itu juga masih berada dalam lobi terlihat mengamati mereka yang sedang duduk-duduk. Rupanya KLB dalam rangka untuk memilih ketum baru masih dekat dengan praktik jual-beli suara. Dugaan ini muncul bersamaan dengan persaingan ketat antar calon. Salah satu calon ketum saat itu, Farry Djemi Francis yang tak lain adalah seorang politikus dari Gerindra mengatakan hal yang sama.
Dugaan money politics juga terjadi pada KLB pemilihan Exco PSSI. Tak kaget jika posisi Exco menjadi incaran bagi sejumlah pihak karena Exco memiliki wewenang khusus untuk mengawasi dan membuat berbagai keputusan terkait dengan jalanya lembaga tinggi sepak bola Indonesia. Bisa jadi nasib judi bola online indonesia & mafia bola akan kembali membaik melaui tangan-tangan para Exco yang baru ini.
Dominasi ‘Pemain’ Lama di PSSI
Dugaan adanya uang panas ini semakin kuat ketika hasil voting te. Dari total 12 Exco yang terpilih, 9 di antaranya adalah wajah-wajah lama. Sebagian besar Exco lama ini adalah perwakilan klub daerah. Sebut saja Endri Irawan yang menjabat sebagai CEO Mitra Kukar. Ada juga Hasnuryadi Sulaiman selaku Manajer PS Barito Putera. Yoyok Sukawi sebagai CEO PSIS Semarang, dan masih banyak manajer atau CEO klub daerah lainnya.
Dominasi ‘pemain’ lama untuk posisi Exco secara otomatis memantik protes dari ‘pemain-pemain’ baru yang baru gabung dengan PSSI. Bung Andre Rosiade, misalnya. Ia gagal menjadi Exco untuk periode ini. Jika PSSI masih mengandalkan orang-orang lama, nasib judi bola online indonesia & mafia bola bisa saja kembali langgeng.
Baca juga: Kisah Kelam Tentang Judi, Yuk Ambil Hikmah dari Kisah-Kisah Ini