Stroke ringan dan berat dapat dialami semua usia dan jenis kelamin. Biasanya dipicu karena kurang melakukan olahraga, konsumsi minuman beralkohol, perokok berat, dan gaya hidup tidak sehat. Secara garis besar ada jenis stroke ringan dan berat yang dialami masyarakat. Yuk kenali perbedaan stroke ringan dan berat agar pemulihan lebih cepat.
Pada dasarnya stroke merupakan gangguan kesehatan karena aliran darah ke otak terganggu. Gangguan tersebut disebabkan karena pembuluh darah menuju otak pecah atau tersumbat. Kondisi pembuluh darah tersumbat disebut dengan stroke iskemik atau stroke ringan. Sedangkan, jika pembuluh darah pecah dinamakan stroke hemoragik atau berat. Itu merupakan gambaran awal mengenai perbedaan stroke ringan dan berat dilihat dari sisi pembuluh darahnya.
Ketika aliran darah menuju otak terhenti maka fungsi otak menurun drastis. Terlebih lagi oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah sangat penting untuk kesehatan otak. Jika dibiarkan berlama-lama tanpa penanganan medis maka akan menciptakan keadaan gawat darurat. Akibatnya sel-sel otak tidak berfungsi dan mati hanya dalam hitungan menit.
Apabila melihat orang terserang stroke sebaiknya langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Supaya dapat meminimalisir kerusakan otak dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit. Selain itu, agar penderita cepat sembuh karena golden period setelah serangan stroke hanya sebatas 4,5 jam.
Perbedaan Stroke Ringan dan Berat
Perbedaan stroke ringan dan berat dapat dilihat dari gejala-gejala yang dirasakan. Namun, sebelum penderita mengalami stroke iskemik atau stroke hemoragik akan merasakan gejala umum. Selang beberapa jam kemudian barulah gejala tertentu akan terasa.
Gejala stroke umum yang dirasakan adalah kesulitan berbicara, tungkai mati rasa, dan lidah menjadi pelo. Sebagian besar penderita stroke mengalami wajah yang menurun pada salah satu sisi. Perbedaan stroke ringan dan berat baru dapat diketahui setelah merasakan gejala-gejala khusus.
Baca juga: Hindari Stroke Dengan Mengenali Tanda Serangan Stroke Berulang
Serangan stroke hemoragik biasanya menunjukkan gejala berupa kejang-kejang yang berlangsung selama beberapa menit. Setelah mengalami kejang-kejang disekujur tubuh sebaiknya langsung pergi ke dokter.
Tujuannya agar tenaga medis dapat menekankan pendarahan dalam otak sebelum pembuluh darah pecah. Ingat bahwa stroke hemoragik merupakan jenis stroke berat yang beresiko besar merenggut nyawa penderitanya.
Berbeda dari stroke iskemik, biasanya penderita mengalami gejala seperti pusing, mual, sulit berkonsentrasi, salah satu bagian tubuh kebas, dan sulit melihat atau mendengar. Stroke iskemik tidak tergolong berat karena tenaga medis bekerja menghilangkan sumbatan pada pembuluh darah. Dimana pembuluh darah tersumbat karena plak dan gumpalan darah.
Perbedaan stroke ringan dan berat juga dapat dilihat dari metode penyembuhannya. Dimana stroke iskemik atau ringan biasanya diberikan aspirin. Pada penderita stroke hemoragik dianjurkan untuk melakukan operasi.
Perbedaan Stroke Ringan dan Berat Tergantung dari Faktor Pemicu Stroke
Dibalik terjadinya serangan stroke disebabkan karena berbagai faktor risiko. Berikut ini faktor-faktor resiko yang memicu terjadinya stroke, diantaranya:
1. Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan merupakan resiko serangan stroke ringan dan berat yang utama, yakni :
- Memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit hipertensi,
- Diabetes dan kolesterol tinggi,
- Berat badan berlebihan atau obesitas,
- Penyakit jantung contohnya gangguan irama jantung, gagal jantung, sakit jantung bawaan, aritmia, dan infeksi jantung,
- Pernah mengalami stroke TIA,
- Pernah mengalami serangan jantung sebelumnya.,
- Sleep apnea.
2. Faktor Gaya Hidup
Ternyata faktor gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu serangan stroke, antara lain :
- Perokok aktif dan pasif,
- Kurang melakukan aktifitas fisik,
- Jarang melakukan olahraga,
- Tidur larut malam atau begadang,
- Kurang tidur,
- Mengonsumsi makanan yang tinggi lemak,
- Mengonsumsi obat-obatan terlarang atau narkoba, dan
- Kecanduan mengonsumsi alkohol.
3. Faktor lain-lain
Selain kedua faktor diatas ternyata penyakit stroke juga disebabkan oleh faktor lainnya yakni faktor keturunan. Dimana penderita stroke biasanya menuruni penyakit dari orang tua atau anggota keluarga yang pernah terkena stroke. Disamping itu, bertambah usia juga membuat resiko stroke semakin tinggi. Walaupun stroke dapat dialami siapa saja tanpa mengenal usia.
Diagnosis Stroke
Sejak awal merasakan gejala stroke sebaiknya langsung memeriksakan diri ke dokter saraf atau rumah sakit. Tujuannya agar mendapatkan penanganan dini yang tepat. Awalnya dokter akan melakukan evaluasi terlebih dahulu mengenai area yang terkena stroke dan jenis stroke. Hal ini dilakukan dokter untuk mengetahui perbedaan stroke ringan dan berat yang dialami penderita.
Langkah pertama diagnosis dokter dengan menanyakan mengenai gejala awal penderita. Termasuk kapan pasien merasakan pusing luar biasa, penglihatan dan pendengaran kabur, dan berbicara terdengar pelo. Selain itu, dokter akan menanyakan mengenai apakah pasien sulit mengingat dan beberapa memori masa lalu menghilang.
Dokter juga menanyakan secara detail mengenai obat-obatan yang telah dikonsumsi selama merasakan gejala stroke. Pasien juga dipastikan pernah mengalami cedera pada bagian kepala tertentu atau tidak pernah.
Dalam proses mendiagnosa, dokter akan memberi perhatian terhadap riwayat kesehatan pasien maupun keluarganya. Tidak hanya penyakit stroke saja tetapi juga riwaya penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes.
Setelah sesi tanya jawab berlangsung barulah dokter melakukan pemeriksaan fisik. Dimulai dari pemeriksaan detak jantung, tekanan darah, dan pendengaran (melalui bunyi bising) yang abnormal. Terutama memeriksa pembuluh darah pada leher menggunakan stetoskop.
Apabila pasien menunjukkan tanda-tanda serangan stroke akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan. Meskipun ada perbedaan stroke ringan dan berat, tetapi untuk diagnosa lanjutan akan menjalani serangkaian pengecekan laboratorium. Mulai dari CT scan, MRI, tes darah, elektrokardiografi, ekokardiografi, dan USG doppler karotis.
Perbedaan Stroke Ringan dan Berat Terlihat dari Cara Pengobatan
Pasien stroke akan memperoleh pengobatan stroke berdasarkan serangan stroke yang dialaminya. Berikut ini perbedaan stroke ringan dan berat, serta TIA. Check this out!
1. Pengobatan Stroke Iskemik
Pengobatan stroke iskemik biasanya pasien akan diberikan obat-obatan untuk mengencerkan darah. Dokter juga akan meminta pasien untuk menjaga jalan napas. Pada penderita stroke iskemik akan dilakukan control tekanan darah secara berkala.
2. Pengobatan Stroke Hemoragik
Pengoabtan stroke hemoragik lebih komplek tetapi dokter tidak akan memberikan obat-obatan pengencer darah. Awalnya dokter akan berusaha mengurangi tekanan dalam otak supaya pendarahan terkontrol.
3. Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack)
Pengobatan TIA atau transient ischemic attack dilakukan jika pasien menunjukkan gejala-gejala stroke iskemi lebih signifikan. Tujuannya untuk meminimalisir faktor risiko yang memicu terjadinya stroke.
Sehingga, mencegah terjadinya komplikasi penyakit stroke dengan serangan jantung. Beberapa kasus menunjukkan bahwa pengobatan TIA menggunakan prosedur operasi endarterektomi karotis. Operasi tersebut dibutuhkan apabila penyebab stroke karena adanya penumpukan lemak di dinding arteri karotis.
Komplikasi Penyakit Stroke
Setelah serangan stroke terjadi sangat mungkin menyebabkan berbagai komplikasi penyakit. Baik itu komplikasi penyakit ringan hingga berat. Berikut ini beberapa komplikasi penyakit stroke yang sering dialami pasien.
- Deep vein thrombosis, penggumpalan darah pada salah satu tungkai yang lumpuh karena stroke. Penyebab utamanya karena terhentinya gerakan otot tungkai. Alhasil aliran darah dalam pembuluh darah vena tungkai menjadi terganggu. Deep vein thrombosis masih dapat disembuhkan dengan obat antikoagulan.
- Hidrosefalus, penumpukan cairan otak pada bagian rongga jauh dalam otak atau ventrikel. Upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter bedah saraf dengan pemasangan sebuah selang di dalam otak. Kegunaannya untuk membuang cairan dalam otak.
- Gangguan refleks menelan sehingga minuman maupun makanan masuk dalam saluran pernapasan. Komplikasi penyakit seperti ini dikenal dengan disfagia dan memicu terjadinya pneumonia aspirasi.
Apakah penyakit stroke bisa sembuh total? Terutama stroke ringan dan stroke berat. Anda tidak perlu khawatir asalkan mengubah gaya hidup sehat, menghindari rokok dan minuman beralkohol, dan mencukupi jam tidur. Semoga ulasan mengenai perbedaan stroke ringan dan berat, faktor resiko, diagnosa, komplikasi, dan pengobatan bermanfaat.